Tupperwear. Foto: istimewa

RINCIH.COM. Baru-baru ini pembaca dihadapkan oleh enam perusahaan besar yang tidak dapat beroperasi alias bangkrut. Meski mereka telah beroperasi puluhan tahun dan pernah mencapai kejayaan di masanya.

Namun di tahun 2024 perusahaan-perusahaan tersebut ambruk. Ada yang bangkrut seperti Tupperware dan Sritex. Ada yang diselamatkan perusahaan lain seperti Nissan dan Net TV.

Apa hikmah atau pelajaran berharga yang bisa diambil?

Tidak Adaptif, Tidak Relevan.
Tupperware, TGI Fridays, dan ANTV adalah contoh pemain yang tidak cukup cepat beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen. Mereka terpukau oleh kesuksesan masa lalu dan terjebak comfort zone, tak agile berubah. Being relevant is not that easy.

Sembrono Mengelola Keuangan dan Risiko.
Sritex terjungkal akibat utang menumpuk akibat ekspansi dan manajemen yang sembrono. Pengelolaan keuangan yang pruden dan manajemen risiko di tengah lingkungan bisnis yang bergolak menjadi faktor kunci.

Model Bisnis Tidak Berkelanjutan.
Kegagalan Tupperware, Net TV, dan ANTV disebabkan kekakuan (rigidity) mereka dalam mengadopsi model bisnis baru yang lebih relevan.

Tupperware tetap mengandalkan model bisnis direct selling. Sementara Net TV dan ANTV tidak cepat mengadopsi model bisnis baru yang dikembangkan pesaing-pesaingnya seperti Netflix atau Youtube.

Krisis Kepemimpinan dan Tata Kelola.
Nissan terjebak dalam skandal manajemen dan kehilangan fokus pada inovasi produknya. Nissan, juga Sritex mengalami krisis kepemimpinan dan tata kelola yang buruk. Kepemimpinan yg kuat dan budaya organisasi yg adaptif merupakan fondasi penting utk keberlanjutan bisnis. (Djuned Wikanto, Consultant)

By Septiadi

Adalah seorang penulis, dengan pengalaman sebagai wartawan di beberapa Media Nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *