RINCIH.COM. Di bawah CEO Fernando Fernandez, Unilever sedang mengalami transformasi yang signifikan, dengan fokus pada divestasi merek yang berkinerja buruk dan memperkuat upaya pemasaran digitalnya.
Fernandez telah mengidentifikasi merek berkinerja buruk senilai sekitar €1 miliar dalam divisi Foods Europe Unilever yang tidak selaras dengan tujuan strategis perusahaan. Rencananya termasuk mendivestasi merek-merek ini untuk berkonsentrasi pada produk dengan margin tinggi seperti Knorr dan Hellmann’s, yang sangat penting bagi profitabilitas Unilever.
Selain itu, Unilever bertujuan untuk mencapai penghematan biaya €800 juta selama tiga tahun ke depan, sebuah strategi yang mencakup pengurangan global sebesar 7.500 pekerjaan. Perusahaan juga bersiap untuk memisahkan bisnis es krimnya, yang mencakup merek-merek terkenal seperti Ben & Jerry’s dan Magnum, menjadi entitas mandiri dengan daftar utama di Amsterdam.
Fokus yang Ditingkatkan pada Pemasaran Influencer
Menanggapi perilaku konsumen yang berkembang, Unilever mengubah strategi pemasarannya untuk memprioritaskan kampanye yang digerakkan oleh influencer. Perusahaan berencana untuk meningkatkan anggaran iklan media sosial dari 30% menjadi 50% dari total pengeluaran iklannya.
Fernandez menekankan pentingnya memanfaatkan influencer untuk membangun kepercayaan dan keaslian merek, mengakui bahwa konsumen semakin skeptis terhadap branding perusahaan tradisional. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan keinginan merek dalam skala besar dengan melibatkan konsumen melalui suara tepercaya di platform media sosial.
Tindakan tegas Unilever mencerminkan tren industri yang lebih luas menuju pengoptimalan portofolio dan keterlibatan digital. Dengan berfokus pada merek berkinerja tinggi dan merangkul strategi pemasaran kontemporer, Unilever bertujuan untuk memperkuat posisi pasarnya dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan dalam lanskap barang konsumen yang kompetitif. (Dominique Pierre Locher)