RINCIH.COM. Era dominasi kemewahan Barat di Tiongkok mendingin dan generasi baru merek warisan lokal meningkat dengan cepat untuk menjadi pusat perhatian.
Ambil contoh Laopu Gold, merek perhiasan Cina yang kaya akan tradisi. Penjualannya di China telah meningkat dua kali lipat dari tahun ke tahun, didorong bukan oleh pemotongan harga atau tipu muslihat, tetapi oleh resonansi budaya yang mendalam dengan konsumen China.
“Ini bukan satu kali. Ini adalah pergeseran nasional dalam kesetiaan merek,” tegas Malte Karstan, Retail Expert, Rabu (2/7/2025).
Malte menjelaskan, daya beli gen z dan milenial Tiongkok tidak lagi mengejar logo Barat, mereka merangkul merek yang mencerminkan identitas mereka sendiri. Sebuah studi McKinsey & Company telah menunjukkan tren “Guochao” (国潮) yang meningkat, gelombang budaya yang mendukung merek domestik dengan akar Cina yang kuat.
“Merek lokal Li-Ning, yang pernah dibayangi oleh Nike dan Adidas, sekarang menjadi ikon streetwear yang memadukan motif tradisional dengan desain mutakhir,” ungkapnya.
Sementara, Perfect Diary, merek kosmetik domestik, melampaui banyak pemain global di platform e-commerce berkat branding lokal dan strategi influencer.
Fiyta produsen jam tangan asal Shenzhen memakan pangsa pasar yang pernah didominasi oleh merek Swiss dengan bersandar pada kemitraan program luar angkasa Tiongkok dan kebanggaan nasional.
Florasis (Hua Xizi), yang dikenal dengan kemasan hiasannya yang terinspirasi oleh seni Tiongkok, telah menjadi sensasi di kalangan kecantikan, sering mengalahkan nama-nama besar seperti Estée Lauder di platform lokal.
Menurutnya, kemewahan tidak lagi berarti asing. Bagi banyak orang, itu berarti bermakna, otentik, dan berakar budaya. Dan dengan konsumen Tiongkok menjadi lebih cerdas dan cerdas secara digital, kisah merek dan identitas lebih penting dari sebelumnya.
Laopu Gold tidak hanya mengendarai gelombang budaya mereka berinovasi. Pengalaman AR menunjukkan kepada pelanggan bagaimana potongan batu giok dibuat.
Untuk merek-merek barat yang terbiasa dengan margin tinggi di China, buku pedoman lama, pemasaran berbasis logo, dukungan selebriti, toko unggulan di kota-kota Tier 1, tidak cukup lagi.
“Jika merek Anda tidak memahami kode budaya Tiongkok yang berkembang, Anda tidak terlihat.
Jika Anda tidak terhubung pada tingkat nilai, Anda tidak relevan. Jika Anda tidak melokalkan cerita merek Anda. Anda sudah kehilangan pijakan,” tambahnya.
“Pasar China tidak tutup, tetapi sedang berubah.
Dan merek yang beradaptasi dengan paradigma kemewahan baru ini, yang dibangun di atas warisan, emosi, dan identitas nasional, akan menang,” tutupnya. (Septiadi)