RINCIH.COM. Komisi Perdagangan Federal atau The Trade Commission (FTC), lembaga independen pemerintah Amerika Serikat yang misi utamanya adalah penegakan undang-undang antimonopoli sipil (non-kriminal) dan promosi perlindungan konsumen menuduh Amazon melakukan praktik monopoli. Dalam gugatannya FTC telah menyebut isyilah monopoli sebanyak 36 kali.
Neil Saunders, Managing Director and Retail Analyst at GlobalData menegaskan, Amazon merupakan perusahaan besar, tetapi tidak melakukan monopoli. Baginya, di industri ritel seharusnya Amazon mendapat pujian di tengah keberhasilannya.
“Sama halnya dengan pengecer lain, seperti Walmart, juga kadang-kadang secara tidak akurat dituduh memegang posisi monopoli. Itu, dengan sendirinya, menandakan absurditas istilah tersebut,” ungkapnya dalam LikedIn, Ahad (22/9/2024).
Neil menambahkan, apa yang dituduhkan FTC kepada Amazon merupakan kebalikannya. Amazon, mungkin lebih dari perusahaan lain, telah mendemokratisasi ritel. Ini telah menyediakan platform di mana penjual independen dapat bersaing dengan orang-orang besar di semua bagian lanskap konsumen.
“Saat ini, lebih dari 60% penjualan di toko Amazon berasal dari penjual independen,” katanya.
Neil mengakui telah melakukan pembicaraan dengan para pengecer dari bisnis CPG kecil, namun dapat bekerjasama dengan Amazon untuk menjangkau konsumen dan meningkatkan penjualan mereka Amazon. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat tumbuh dan bersaing tanpa Amazon.
Neil menyontohkan, perusahaan lilin yang dapat bersainh dengan Bath & Body Works dan Yankee melalui Amazon. Adapula produsen makanan yang marginnya lebih baik di Amazon daripada di Costco.
“Ini bukan kisah pengecer yang melahap pangsa pasar. Ini sebenarnya adalah kisah revolusi lengkap dalam bagaimana bisnis kecil dan independen dapat menjangkau pasar dan menang,” katanya.