Data transaksi penjualan online secara global. Foto: statista

RINCIH.COM. Data terbaru dari DataReportal yang divisualisasikan oleh Visual Capitalist, menunjukkan negara mana yang memimpin dalam belanja online pada tahun 2024.

Berikut adalah bagian barang konsumsi yang dibeli secara online di setiap negara:  Amerika Serikat 33.7%, Cina-31.2%, Inggris Raya – 23.2%, Korea Selatan 22.0% dan Belanda 20.9%

Sebanyak 17,3 % barang konsumsi dibeli secara online secara global, artinya para pemain top ini jauh di atas norma. Pasar e-commerce yang matang seperti AS dan China berada di atas sepertiga dari semua penjualan barang konsumen yang terjadi secara online, sementara negara lain bahkan yang maju secara digital masih mendekati 12-15%.

Malte Karstan, Retail Expert menjelaskan, E-commerce bukan lagi saluran “berkembang”,

melainkan jalan utama. 1 dari 3 pembelian dilakukan secara online. Bagi merek, ini berarti online bukan lagi hanya peluang pertumbuhan, ini adalah medan pertempuran ritel inti.

Sementara, budaya, logistik, dan kepercayaan masih membentuk tingkat adopsi. Lihatlah Jepang (16,2%) dan Jerman (14,6%), keduanya merupakan negara maju dengan populasi yang paham teknologi, namun penetrasi e-commerce mereka tertinggal dari para pemimpin. 

“Ini sering kali bermuara pada kebiasaan konsumen, infrastruktur pengiriman, dan bahkan preferensi pembayaran,” ungkapnya, Selasa (12/8/2025).

Malte menambahkan, Omnichannel adalah masa depan, tetapi keseimbangannya sangat bervariasi di setiap negara. Untuk pasar di usia remaja rendah, ritel fisik masih mendominasi, dan menang di sana berarti mengintegrasikan titik kontak digital dengan mulus ke dalam pengalaman offline. 

“Sebaliknya, di AS, Cina, atau Korea Selatan, pengalaman online itu sendiri adalah tokonya,” ungkapnya.

Konsumen AS mengharapkan kecepatan dan kenyamanan, sedangkan konsumen Jerman mungkin memprioritaskan keandalan dan kepercayaan. Konsumen Korea Selatan menghargai pengalaman digital-native.

Logistik sebagai keunggulan kompetitif Kesenjangan antara 12% dan 33% bukan hanya pemasaran, tetapi juga pemenuhan, waktu pengiriman, dan logistik terbalik. Selain itu, tekanan peraturan mungkin berdampak pada lonjakan saham E-commerce yang makmur. (Septiadi)

By Septiadi

Adalah seorang penulis, dengan pengalaman sebagai wartawan di beberapa Media Nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *