RINCIH.COM. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey mengakui, penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia mempengaruhi sektor ritel modern.
Roy mengingatkan, fenomena turunnya jumlah masyarakat berpendapatan menengah ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Karena, penurunan kunjungan dan transaksi dari kelompok ini juga mulai dirasakan oleh gerai-gerai ritel di seluruh daerah.
Tak hanya itu, Roy menilai, banyak kelas menengah yang mulai menahan pengeluaran akibat inflasi dan kenaikan harga kebutuhan. “Fluktuasi harga dan inflasi menekan daya beli masyarakat, terutama dari kalangan kelas menengah,” kata Roy seperti dilansir Pro3 RRI Jumat (13/9/2024).
Roy menjelaskan, dampak inflasi berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga turut memperburuk situasi ekonomi kelompok menengah. “Kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan fluktuasi inflasi, sementara mereka yang terkena PHK kehilangan daya beli,” ucapnya.
Data Biro Pusat Statistik mengungkapkan, sekitar 8-9 juta dari 115-117 juta masyarakat kelas menengah berisiko turun ke level di bawah menengah. Karena itu, diperlukan peran pemerintah dalam menanggulangi situasi ini melalui kebijakan dan bantuan tepat sasaran.
Roy juga berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk mengurangi beban ekonomi kelompok menengah. “Karena, jika tidak ada subsidi atau bantuan, jumlah kelas menengah yang menurun akan semakin besar,” harapnya.