RINCIH.COM. Dampak inflasi bagi pelanggan di bisnis retail adalah pelanggan yang semakin pemilih, sensitif harga, dan penuh pertimbangan dalam berbelanja. Pelanggan juga lebih mengutamakan berbelanja barang essential (foods) dibandingkan product discretionary (general merchandise, fashion). Hal serupa terjadi pada 2023 hingga Q1 2024 di Indonesia. Berbeda dengan di Amerika, pada Q2 2024, Indonesia justru mengalami deflasi, yang mengindikasikan mulai terjadinya penurunan daya beli akibat tekanan inflasi dan kemungkinan semakin terbatasnya peluang kerja bagi kelompok produktif.
Sofyan Muharam, A fan of GREAT retailing & sustainable menjelaskan, keberhasilan retailer selama periode inflasi (dan deflasi) bisa dicapai melalui customer centricity. Customer centricity merupakan kemampuan memberikan harga yang lebih kompetitif dibandingkan kompetitornya. Kemampuan untuk terus meningkatkan kenyamanan dan kemudahan pelanggan dalam berbelanja.
“Penerapan customer centricity berdampak penarikan lebih cepat pelanggan berpenghasilan tinggi yang lebih resisten terhadap inflasi untuk berbelanja produk discretionary,” tulis Sofyan dalam LinkedIn, Senin (19/8/2024).
Sofyan menambahkan, dalam periode inflasi perlu dieksplore sumber pendapatan non organik. Misalnya di WalMart berupa pendapatan dari retail advertising dan membership. “Pertumbuhan dari channel e-commerce perlu diperhatikan; sehingga model bisnis retail omnichannel merupakan sebuah keharusan,” tambahnya.
Terkait inflasi dan discreationary income, khusus di Indonesia, Sofyan berhipotesa mengenai dampak tol berbayar terhadap discretionary income. Discretionary income adalah income masyarakat yang digunakan untuk jajan diluar kebutuhan utama. Pertumbuhan jalan tol dapat berpengaruh dan memiliki multiplier effect terhadap distribusi pendapatan. Sebagai contoh ruas tol Jakarta – Solo-Jawatimur; akan menyebabkan pendapatan para retailer sepanjang pantura menurun drastis karena perubahan traffic.
Sofyan menjelaskan, fenomena pembangunan jalan tol juga menyebabkan distribusi uang yang tidak merata. Adanya tol berbayar yang mahal akan membuat uang cash akan terpusat ke pemilik jalan tol dibandingkan sebelum jalan tol dibangun. Misalnya adanya kenaikan jalan tol yang terus terjadi dan tarif tol baru yang tinggi akan mengakibatkan uang masyarakat yang tadinya tersebar ke berbagai kebutuhan, kini terpusat hanya ke satu dua perusahaan pengelola tol.
“Sehingga uang pemakai tol untuk alokasi discretionary product pun menurun,” jelasnya.
Jika jalan tol berbayar akan menjadi model pembangunan transportasi di Indonesia, maka pemerintah perlu memperhatikan dampaknya terhadap discretionary income pemakainya, yaitu golongan menengah. Golongan menengah adalah penggerak ekonomi utama di bisnis retail. Retail terdampak, maka hulunya berupa kegiatan produksi akan terdampak.