RINCIH.COM. Kroger mencoba meyakinkan siapa pun yang mau mendengarkan bahwa C&S Wholesale Grocers, akan menjadi “pesaing sengit.” Pasalnya, banyak orang mengklaim bahwa C & S memenuhi syarat untuk mengoperasikan 579 toko yang divestasi di 17 negara bagian.
Brittain Ladd, Supply Chain and Logistics Executive menjelaskan, apa yang sebenarnya dilakukan Kroger adalah “menciptakan” pesaing yang akan mendukung semua yang ingin dilakukan Kroger.
“Seluruh hubungan antara Kroger dan C&S adalah tipuan. C & S adalah pion Kroger dalam upaya untuk mendapatkan merger yang disetujui. Itu gagal,” tegasnya, kamerin melalui LinkedIn.
Sementara putusan Hakim Nelson mengatakan, ada banyak bukti bahwa divestasi tidak cukup dalam skala untuk bersaing secara memadai dengan perusahaan yang digabungkan dan disusun sedemikian rupa yang secara signifikan akan merugikan C & S sebagai pesaing.
“Sejarah C & S tentang usaha toko kelontong yang gagal dan ketergantungannya yang berkelanjutan pada terdakwa selama periode TSA juga menunjukkan bahwa divestasi tidak akan cukup memulihkan persaingan,” tulis Nelson dalam putusannya.
Tambahnya, kekurangan dalam ruang lingkup dan struktur divestasi menciptakan risiko bahwa beberapa atau semua toko yang divestasi akan kehilangan penjualan atau tutup, seperti yang telah terjadi dalam akuisisi C & S sebelumnya.
Ladd menegaskan, Kroger yang harus disalahkan atas merger yang diblokir. Mereka menghabiskan jutaan dolar untuk tim yang gagal membuat argumen yang koheren tentang mengapa merger harus disetujui. Penggabungan itu tidak perlu menjadi kampanye politik yang lepas kendali. Kroger gagal mengendalikan narasi dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk menanggapi alih-alih memimpin. Misalnya, mengklaim Kroger dan Albertsons bukan pesaing.
“Kroger tidak siap dan itu terlihat. Kroger seharusnya tidak mengajukan banding atas putusan tersebut,” ungkapnya.