RINCIH.COM. Tragedi paling mematikan di Korea Selatan akibat kegagalan konstruksi, keserakahan dan keegoisan manusia yang membuat lebih dari 500 nyawa melayang.
Sampoong Mall awalnya merupakan daerah tempat pembuangan sampah, yang kemudian dibeli oleh Sampoong Group. Awal pembangunan dilakukan pada tahun 1987 dan rampung pada akhir tahun 1989.
Pada 17 Juli 1990, Mall tersebut sudah resmi terbuka untuk umum. Departement Store terbesar di distrik Seoul ini terdiri dari lantai bawah tanah (basement) dan lima lantai lainnya. Lantai lima terdapat sejumlah restoran tradisional Korea.
Sejak dibuka, Mall Sampoong berhasil menarik sekitar 40 ribu pengunjung setiap harinya. Pada tanggal 29 Juni, pukul 8 pagi, manajer Sampoong, menerima notes di mejanya dari karyawan jaga malam.
Karyawan tersebut menulis bahwa ia mendengar suara yang keras dari bagian atas gedung. Manajer segera mengecek dan menemukan adanya retakan besar di lantai.
Beberapa jam kemudian, salah satu pemilik restoran juga melaporkan menemukan retakan sebesar kepalan tangan di dapur restorannya.
Manajer pun melaporkan masalah ini kepada pemilik gedung, dan arsitektur bangunan. Manajer dan arsitektur menyarankan untuk menutup pusat perbelanjaan itu sampai diketahui penyebabnya, namun pemilik gedung menolak, karena akan mengakibatkan kerugian yang besar. Dua jam setelahnya, terdengar kembali suara yang sangat keras dari lantai atas, tetapi semua pengunjung mengabaikan tanda tersebut. Manajer segera mengambil tindakan dengan mematikan AC.
Para pengunjungpun komplain lantaran AC dimatikan sehingga suhu udara yang terlalu panas. Mereka rata-rata mengeluh “Bagaimana mungkin pusat perbelanjaan sebesar ini mematikan pendingin ruangannya?”
Sementara itu, para pemimpin dan pemilik telah meninggalkan mall itu, sebagai tindakan jaga-jaga. Sekitar pukul 5 sore, terdengar sebuah ledakan keras dari lantai atas. Kemudian alarm gedung mulai berbunyi, pengunjung pun mulai panik.
Peristiwa begitu cepat. Seluruh sayap selatan Mall Sampoong pun runtuh dalam beberapa detik dan sekitar 1.500 orang tertimbun puing-puing. Total korban meninggal disebutkan sebanyak 501 orang sedangkan 937 lainnya mengalami luka berat dan ringan.
Beberapa korban yang selamat berhasil dievakuasi setelah 52 jam pencarian. Para petugas penyelamat dan keluarga yang berkumpul di sekitar berbahagia ketika 24 orang yang diselamatkan masih hidup.
Kebanyakan korban selamat adalah petugas kebersihan yang terjebak di dalam ruang ganti bawah tanah yang masih utuh. Namun, memiliki sedikit udara dan tidak ada makanan atau air. Beberapa dari mereka bahkan harus meminum air seni mereka sendiri untuk bertahan hidup.
Sementara itu kepolisian berhasil menangkap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Pemilik gedung, Lee Jon, dijatuhi hukuman penjara 10,5 tahun. Putranya yang merupakan CEO, Lee Han-Sang, dituntut sebagai pelaku pembunuhan berencana dan divonis 7 tahun. Sementara manajer gedung divonis 5-6 tahun penjara.
Penyelidikan ini akhirnya mengarah pada ditemukannya praktek korupsi besar-besaran pada tubuh perusahaan. Beberapa petugas kebersihan dan staff dinyatakan bersalah karena terbukti menerima suap dari perusahaan. Pejabat kota dan mantan kepala administrasi kota juga ditahan, karena kelalaian mereka dalam memeriksa kelayakan bangunan dan mengizinkan penggunaan materil bangunan yang kurang terjamin keamanannya.
Fakta yang lebih mencengangkan adalah Sampoong Mall awalnya direncanakan sebagai pusat perkantoran dengan desain 4 lantai. Namun seiring dengan pembangunannya pemilik gedung merubahnya menjadi pusat perbelanjaan dan 5 lantai pun ditambahkan.
Arsitek dan para kontraktor tidak setuju dengan penambahan lantai tersebut, karena dikhawatirkan bagian bawah bangunan tidak dapat menahan beban. Pemilik gedung yang tidak mau mendengar kritikan ini, memecat arsitek dan kontraktor itu, kemudian mencari penggantinya sendiri.
Lantai lima yang tadinya akan dijadikan sebagai tempat bermain sepatu roda diganti oleh pemilik gedung menjadi food court, dengan 8 restoran berada di dalamnya. Perubahan fungsi lantai lima dianggap menjadi awal mula kesalahan pembangunan.
Karena ketika makan, masyarakat Korea duduk dengan tidak menggunakan kursi, maka pemanas ruangan ditaruh dibagian bawah lantai. Panas yang dikeluarkan oleh pemanas ini terus menjalar ke pilar-pilar penyangga gedung.
Kemudian, getaran yang ditimbulkan oleh pendingin bangunan juga semakin memperburuk retakan diantara pilar-pilar gedung. Ketika manajer gedung mematikan AC satu jam sebelum bangunan runtuh, hal ini sudah sangat terlambat untuk dilakukan. Retakan di restoran lantai lima yang tadinya hanya sebesar kepalan tangan, telah melebar menjadi 10 cm. Akhirnya seluruh bangunan-pun runtuh, menimpa pengunjung yang terlambat menyelamatkan diri.
Peristiwa yang terjadi di Sampoong menuntut pemerintah untuk menguji kelayakan bangunan di seluruh Korea Selatan. Hasil dari pengujian tersebut menunjukkan 20% bangunan dianggap tidak aman, 80% bangunan diwajibkan melakukan perombakan besar-besar.
Peristiwa ini telah diabadikan dalam film yang berjudul Move to Heaven. (Sumber: akun x: @martabakismissu)