RINCIH.COM. Pertumbuhan industri ritel di semester pertama 2024 berkutat pada 4,8 hingga 4,9 persen. Ketua Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengungkapkan bahwa pertumbuhan industri ritel diperkirakan akan mengalami stagnasi bahkan penurunan pada sisa semester tahun ini.
Roy menjelaskan, stagnasi akan lebih terasa jika dibandingkan dengan pertumbuhan year on year (YoY). “Penurunan bisa lebih signifikan jika ketersediaan pangan dan kestabilan harga tidak tercapai di akhir tahun ini,” jelasnya, seperti dikutip Kontan, Kamis (14/8/2024).
Apa beberapa penyebab stagnasi dan penurunan pada petumbuhan ritel di Indonesia pada semester kedua ini?. Roy menjelaskan, saat peritel sedang menahan ekspansi lantaran daya beli masyarakat menurun karena banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan naik-turunnya harga barang pokok. Roy menyontohkan, hampir 30 ribu karyawan di industri dan Produksi tekstil mengalami PHK. “Kita sangat merasakan daya beli seluruh sektor, termasuk ritel. Penyebabnya, satu PHK. Kemudian, harga berfluktuasi sehingga banyak masyarakat berjaga-jaga,” kata dia.
Tah hanya PHK, penurunan daya beli diakibatkan oleh kelompok menengah yang menahan belanja karena gajinya tidak naik sama dengan inflasi, dengan fluktuasi harga. “Kenaikan (gaji)-nya harusnya inflasi ditambah pertumbuhan ekonomi, pada kenyataannya (naik) di PNS, kalau swasta? Itu kurang dari pada itu, rata-rata naiknya hanya 3-4 persen,” ungkap Roy.
Untuk mendorong daya beli, Roy mengusulkan kepada pemerintah ada melanjutkan program BLT dan bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat kelas bawah. Pemberian insentif listrik Untuk kelompok menengah, karena pendapatan mereka tertekan oleh kenaikan harga barang. Sedangkan untuk kelompok atas, perlu kepastian terkait ekonomi dan transisi untuk menjaga keberlanjutan.