Ilustrasi predatory pricing. Foto: istimewa

RINCIH.COM. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa fenomena penutupan gerai ritel modern disebabkan terjadinya predatory pricing karena jarak gerai ritel satu dengan yang lainnya terlalu dekat.

“Memang di beberapa daerah jaraknya terlalu dekat satu dengan yang lain. Jadi terjadi predatory pricing,” ujar Airlangga di agenda pembukaan Holiday Sale di Tangerang Selatan, Jumat (13/6).

Airlangga menambahkan, pemilihan lokasi dalam membangun ritel itu penting, karena memengaruhi market pasarnya. Meski, kondisi ritel di beberapa daerah masih berjalan dan beroperasi dengan baik.

“Ini namanya tergantung lokasi dan daerah. Kalau kita lihat beberapa daerah dan beberapa lokasi kan cukup baik. Seperti tadi kan kita lihat di Gorontalo, di Pontianak, dan yang lain,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan, kondisi industri ritel di sepanjang tahun 2025 ini berat, apalagi setelah lewatnya masa-masa festive.

“Itu juga tantangan buat kita. Kita lihat lah. Dan peak season akan terjadi baru di Nataru. Itu kan masih panjang dari sekarang,” katanya.

Aprindo menggagas program Holiday Sale 2025 dengan harapan dapat memantik minat masyarakat untuk berbelanja di ritel. Tentunya program tersebut membutuhkan dukungan dari Kemendag dan Menko Perekonomian. “Kita harapkan ini juga bisa memperkuat daya beli masyarakat,” katanya. (Septiadi)

By Septiadi

Adalah seorang penulis, dengan pengalaman sebagai wartawan di beberapa Media Nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *