RINCIH.COM. Lanskap ritel mengalami pergeseran seismik pada tahun 2025, didorong oleh peningkatan pesat “belanja instan” di seluruh dunia. Tren transformatif ini, didorong oleh kemajuan teknologi dan perilaku konsumen yang berkembang, mengaburkan batas antara penemuan dan pembelian segera, dengan pemain utama seperti Alibaba Group, JD.COM, dan Meituan.
Mereka memimpin dan memperluas model bisnis mereka dari China ke pasar di Timur Tengah dan Eropa. Perusahaan seperti Instacart dan DoorDash juga mengintegrasikan logistik ultra-cepat dengan pengecer, sementara platform seperti Tik Tok Live dan eBay Live merevolusi perdagangan sosial.
Peter Tailor, Head of Partnerships at Boolanga menjelaskan, Al meningkatkan ritel instan, mengkurasi rekomendasi yang sangat dipersonalisasi, dan memprediksi kebutuhan konsumen, membuat belanja lebih intuitif dan efisien.
“Belanja streaming langsung dan “momen yang dapat dibeli di platform seperti X (sebelumnya Twitter), Whatnot, dan Amazon Live secara signifikan meningkatkan keterlibatan dan tingkat konversi,” katanya.
Ukuran pasar diproyeksikan melebihi 2 triliun yuan (sekitar $274 miliar) pada tahun 2030 di China saja.
Layanan yang menjanjikan bahan makanan atau barang-barang fashion dalam hitungan menit, memanfaatkan pengiriman drone dan robotik, menjadi standar, mendorong batas-batas logistik.
Raksasa ritel instan China secara agresif memperluas model mereka, seperti JoyExpress JD.COM di Timur Tengah dan AliExpress Alibaba Group yang berintegrasi dengan supermarket lokal seperti Othaim di Arab Saudi, menandakan poros global dalam kebiasaan konsumsi.
Toko fisik berkembang dengan pengaturan tanpa kasir dan gudang mikro, terintegrasi secara mulus dengan saluran digital untuk mendukung pemenuhan instan.
Ini menandai poros signifikan dari model e-commerce tradisional yang hanya berfokus pada harga dan pemilihan, ke era baru di mana urgensi, frekuensi, dan koneksi yang mulus dan tanpa gesekan adalah yang terpenting. (Septiadi)