RINCIH.COM. Indonesia. Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi yang seharusnya menjadi benteng ketahanan kesehatan nasional-justru tengah limbung. Kerugian konsolidasi Rp 2,2 triliun pada 2023, ditambah temuan fraud oleh BPK dan anjloknya kinerja Kimia Farma serta Indofarma, adalah bukti telanjang kegagalan strategi pascapandemi.
A. Malino. K, Penasihat Keuangan dan Tata Kelola BUMN menjelaskan, holding ini tidak gagal karena pandemi. la gagal karena arus kas habis dibakar tanpa arah, karena portofolio bisnis tidak dikaji ulang, dan karena manajemen tidak pernah benar-benar didisiplinkan oleh tata kelola yang kuat.
“Di era Presiden Prabowo Subianto, ini tidak bisa dibiarkan. Holding BUMN Farmasi harus ditransformasikan dari “organisasi defisit” menjadi mesin inovasi dan ekspor,” tulisnya, Jum’at (16/5/2025).
Malino menjabarkan enam strategi turnaround yang untuk menjadikan Holding BUMN Farmasi sebagai simbol kemandirian kesehatan nasional:
Reformasi Struktur Holding. Hapus pola pikir satu atap yang kabur. Bangun holding berbasis core competency. Bio Farma fokus di biotek & vaksin. Kimia Farma perkuat distribusi & ritel. Indofarma? Gabung, jual, atau tutup.
Rightsizing Anak Usaha & Aset Non-Produktif. Stop memelihara yang rugi tanpa arah. Audit total semua anak usaha. Alokasikan sumber daya hanya ke unit bernilai tambah nyata.
Digitalisasi Proses Bisnis End-to-End ERP, Al inventory, e-prescription, dan traceable distribution. Transparan, efisien, real-time. Tanpa ini, kita hanya mengulang dosa masa lalu.
Revolusi Tata Kelola & SDM BUMN Farmasi. Ubah budaya “asal loyal” menjadi “asal kompeten dan akuntabel.” Direktur dan komisaris harus lolos uji kompetensi berbasis KPI dan rekam jejak.
Diplomasi Ekspor Kesehatan Strategis. Presiden Prabowo punya kekuatan geopolitik baru. Gunakan ini untuk membuka pasar biofarmasi ke dunia Islam, Afrika, dan ASEAN. Bangun narrative: Indonesia, produsen vaksin halal dunia.
Fokus R&D pada Produk Chronic dan Masa Depan. Stop hanya repackage produk generik. Masuk ke imunoterapi, herbal science, dan digital health devices. Bangun pusat inovasi terpadu, bukan pabrik kosong dengan hutang bertumpuk.
“Holding BUMN Farmasi tidak boleh jadi beban negara. la harus jadi senjata strategis Indonesia di kancah global,” ungkapnya. (Septiadi)