Ilustrasi Loyalitas. Foto: ist

RINCIH.COM. Dalam perbincangan dengan rekan-rekan, baik karyawan yang telah lama berkecimpung maupun baru di industri retail,  kata “loyalitas” diinterpretasikan sebagai sebuah tuntutan yang harus dipenuhi oleh karyawan (manager). Tuntutan ini kerap mengarah pada pemahaman bahwa bekerja melebihi jam kerja standar merupakan indikator loyalitas.

Konsekuensinya, jika karyawan menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu (on time) lalu pulang “teng go”, seringkali hal tersebut dianggap sebagai indikasi kurangnya loyalitas. Pertanyaannya kemudian, apakah definisi loyalitas memang demikian adanya?

Setiap karyawan di lingkungan kerjanya memiliki peran dan tanggung jawab yang terstruktur dalam deskripsi pekerjaan masing-masing. Implementasi dari deskripsi pekerjaan ini terealisasi melalui berbagai aktivitas, baik harian, mingguan, bulanan, maupun insidental (adhoc). Pada setiap peran dan aktivitas tersebut melekat apa yang kita kenal sebagai tanggung jawab. Kerap kali, penyelesaian tanggung jawab ini membutuhkan waktu lebih dari jam kerja standar. Oleh karena itu, kita bisa mempertimbangkan untuk mengganti terminologi loyalitas dengan tanggung jawab.

Mengapa kita perlu mempertimbangkan penggantian kata loyalitas dengan tanggungjawab? Penggunaan kata “loyalitas” dalam konteks ini berpotensi menciptakan budaya kerja buruk yang mendorong jam kerja panjang hanya demi memenuhi ekspektasi untuk dianggap loyal. Akan lebih konstruktif jika bekerja melebihi jam standar didasari oleh tanggung jawab untuk menuntaskan peran atau aktivitas yang belum terselesaikan agar dapat dideliver tepat waktu. Perlu diketahui jika bekerja melebihi waktu standar karena loyalitas maupun rasa tanggungjawab tidak hanya terjadi di industri retail, namun juga berlaku umum di industri berbeda.

Mindset yang berorientasi pada tanggung jawab akan mendorong karyawan untuk mengimplementasikan manajemen waktu yang lebih baik, menyusun prioritas, inovasi dan melakukan delegasi yang lebih efektif. Mindset yang berorientasi pada tanggungjawab akan mendorong pengukuran kinerja berdasarkan output, bukan semata-mata pada jam kerja ekstra yang dilakukan. (Sofyan Muharam, CRP)

By Septiadi

Adalah seorang penulis, dengan pengalaman sebagai wartawan di beberapa Media Nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *