tim "BellKor's Pragmatic Chaos" berhasil ngalahin Cinematch 10,09%. Foto: istimewa

RINCIH.COM. Tahun 2006, Netflix membuat gebrakan yang bikin dunia teknologi heboh. Pihak Netflix sempat mengatakan, siapa pun yang bisa ngalahin sistem rekomendasi filmnya, bakal dapet hadiah 1 juta dollar. (Itu sekitar Rp16 miliar kalau pakai kurs sekarang).

Kembali ke tahun 2000, Netflix yang waktu itu masih kecil baru aja bikin sistem rekomendasi film buat pelanggannya. Namanya: Cinematch.

Buat Netflix, Cinematch ini penting sekali karena rekomendasi yang bagus bikin pelanggan betah langganan. Tapi makin lama, Cinematch sudah nggak bisa di-upgrade lagi. Akhirnya, Netflix memutuskan Cinematch, dan lahirlah The Netflix Prize.

The Netflix Prize tentunya tidak begitu saja dilahirkan, ada syarat yang harus dipenuhi, yakni harus bisa ngalahin Cinematch minimal 10% lebih bagus. Hadiah 1 juta dolar pun diberlakukan.

Netflix juga merilis database “rahasia” mereka, yakni 100 juta data rating dari 480 ribu pelanggan buat 18 ribu film. Netflix sangat berani membuka data internalnya agar bisa melakukan kompetisi secara langsung dan viral.

Bukan cuma gara-gara duitnya, tapi karena data “langka” itu ilmuwan komputer, dosen, mahasiswa, bahkan anak-anak kuliah pada ikutan lomba. Setelah seminggu berjalan, sudah ada tim yang ngalahin Cinematch. Bahkan, selang dua minggu, tiga tim berhasil mengalahkan Cinematch, bahkan ada yang sampe 1.06% lebih bagus. Sebulan, sudah ada tim yang ngalahin Cinematch 3.88%.

Juni 2007, lebih dari 20.000 tim dari 150 negara ikutan. Forum diskusi Netflix Prize jadi ramai sekali. Kompetitor saling bantu, sharing ide, bahkan copas kode masing-masing.

Tapi, 2 tahun berlalu, belum ada yang bisa tembus 10% lebih baik. Kenapa susah sekali Ternyata masalahnya bukan cuma di matematika, Tapi di psikologi. Selera orang itu berubah-ubah. Kadang hari ini suka film action, besok pengen nonton drama. Kadang nonton film karena lagi rame dibahas temen, kadang iseng nonton film aneh-aneh.

Tapi kalau Netflix rekomendasikan film aneh mulu, user juga bisa kesel. Intinya, algoritma nggak bisa nebak mood manusia 100% akurat.

Solusinya? Gabungin semua algoritma. Tahun 2009, semua tim akhirnya bergabung jadi “tim super”. Mereka memvuat mega-algoritma, gabungin ratusan algoritma jadi satu.

Akhirnya, tanggal 26 Juni 2009, tim “BellKor’s Pragmatic Chaos” berhasil ngalahin Cinematch 10,09%. Mereka memakai algoritma monster. 104 algoritma dijadikan satu, diatur melalui neural network.

Ada satu tim lagi, “The Ensemble”, juga berhasil tembus 10,09%, Tapi mereka telat submit selama 20 menit.

Akhirnya, tim BellKor mendapat hadiah 1 juta dollar. Tapi pemenang sebenernya adalah Netflix. Gara-gara kompetisi ini, sekarang rekomendasi film Netflix jauh lebih jago dan pelanggan makin betah langganan.

Dari challenge 1 juta dollar, sekarang pelanggan bisa meniikmati rekomendasi film yang bener-bener cocok buatnya. (Muhammad Hasbiriza, Septiadi)

By Septiadi

Adalah seorang penulis, dengan pengalaman sebagai wartawan di beberapa Media Nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *